Rabu, 04 Desember 2013

Pentingkah Sekolah?


“Kuliah itu penting atau tidak?” tanya orang tua itu sambil tersenyum.

Kupandang wajahnya dengan kening sedikit berkerut.
“Tentu saja penting pak” jawabku.

“Kalau kuliah penting, kenapa tidak segera kau kerjakan skripsi-mu?”
Buk,...perutku seperti ditonjok Mike Tyson.
Walaupun tidak pernah bertemu, tapi hanya membayangkan tinju Mike Tyson di masa jayanya mendarat di perutku sudah cukup membuat mulas.
Aku tidak mampu menjawab pertanyaan itu.

“Kuliah itu tidak penting nak. Bukan hanya kuliah, bahkan sekolah tidak penting.” lanjutnya dengan sebuah jawaban yang tidak kuduga.

“Kamu tahu, sebagian besar orang-orang terkaya di dunia tidak lulus sarjana, malah ada yang tidak lulus SMA. Kalau kekayaan itu hasil warisan tidak terlalu hebat nak, tapi orang-orang itu mengumpulkan kekayaannya sendiri. Orang-orang yang dikenal jenius di dunia juga sama nak, mereka sibuk meneliti alam dan tidak sempat menyelesaikan sekolah.” Ia berhenti sejenak, mungkin memberiku waktu untuk berfikir.

“Sekarang, apa yang kamu hasilkan dari kuliahmu? Berapa yang sudah orang tuamu habiskan untuk membiayai kuliahmu? Setelah lulus kamu bisa menjamin jadi salah satu orang terkaya di Indonesia?” cecarnya sambil menghela nafas.

Ah,... aku merasa seperti tikus kecil di pojok kamar, tersudut oleh seekor kucing lapar.

“Kamu masih menganggap kuliahmu penting?” lanjutnya.
Lagi-lagi aku membisu.

“Yang penting dari sekolah bukan titelnya, bukan sekolahnya, tapi belajarnya nak. Sekolah kadang membatasi proses belajar orang yang haus pengetahuan dan semangat belajarnya setinggi Mahameru. Karenanya buat mereka sekolah tidak penting.” seperti biasa ia berkata dengan nada lambat. Matanya menerawang ke luar jendela.

“Tapi, tidak semua orang suka rela belajar.” kalimat itu diucapkannya sambil menatap ke arahku.

“Sebagai pendidik aku ingin mengatakan sekolah tidak penting, sekolah hanya memberi tempat dan jalan untuk belajar. Aku ingin setiap orang mengatakan sekolah tidak penting, karena mereka mampu belajar dan mengembangkan diri di tempat belajar yang sesungguhnya: kehidupan"
Sesaat ia terdiam sebelum melanjutkan.
"Sayangnya sekolah masih penting karena banyak orang masih harus dipaksa untuk belajar. Setiap orang harus terus belajar sepanjang hidupnya, dengan suka rela ataupun terpaksa. Kamu termasuk golongan mana nak?” tutupnya, membiarkan aku dalam bisu.

Melihat aku hanya termangu dosen pembimbingku tersenyum, memberi tanda agar aku meninggalkan ruangan.
Aku pamit, mencium tangannya dengan kepala masih sibuk mencerna perbincangan singkat kami.

“Pentingkah sekolah untukku?” tanyaku pada diri sendiri.
“Entahlah, tapi kalau pun bukan untukku setidaknya kuselesaikan pekerjaan yang tertunda ini untuk orang yang membiayai sekolahku.” gumamku dalam diam.


Bogor, 4 Desember 2013
Ditulis untuk lomba menulis kisah inspiratif